Kamis, 03 Desember 2015

Mencintai Itu Takdir




Ketika pertama bertemu aku merasa kagum dengan parasmu
dalam hati berkata "begitu indah mahluk ciptaanmu ini tuhan"
aku mulai bertanya-tanya apakah ini hanya hawa nafsu
ataukah memang benar engkau telah menciptakan permata ini untukku.

Perlahan aku mulai mengenalmu aku begitu kagum dengan lembut sikapmu
seakan diri ini malu apakah pantas perasaan ini melebur menjadi cintamu
namun aku tak terlalu memikirkan hal itu
yang aku pikirkan hanyalah berusaha menjadi pantas agar setara denganmu.

Lamban laun perasaan ini mulai melebur menjadi cinta
entah kenapa angan ini tidak bisa lepas untuk memikirkannya
hati ini selalu bahagia serasa ada yang berbeda dari sebelumnya
mungkin ini yang disebut sebagai cinta.

Setelah begitu banyak kenangan yang terukir dalam hati
hal yang kutakutkan selama ini akhirnya terjadi
ketika jarak dan kesibukan menghalangi komunikasi
dan akhirnya kau pergi tanpa memperdulikan janji.

Diri ini hanya bisa diam dan berdoa untuk kebaikanmu 
semoga kau tetap bahagia walaupun tidak lagi bersamaku
kejarlah apa yang menjadi keinginan dan bahagiamu
karena tak ada yang tahu apakah suatu saat kau akan kembali kepelukanku.




"aku bisa merencanakan dekat dengan siapa saja namun hati ini tak tau cinta ini untuk siapa"
"mencitai itu takdir dan menikah itu nasib" 

*tulisan ini dibuat di atas bukit bawah sengon ketika senja yang mulai tertutup oleh kabut.



by: AAF



Tidak ada komentar:

Posting Komentar